Scroll untuk baca artikel
Example 325x300
BudayaLiterasiOpini

Yang Tertata Lekuknya dan Diskontinuitas

48
×

Yang Tertata Lekuknya dan Diskontinuitas

Share this article
Example 468x60

 

Example 300x600

Oleh: Ermansyah R. Hindi*)

*) ASN Bappeda/Sekretaris PD Muhammadiyah Turatea Jeneponto

KHITTAH.CO- Menghapus diskontinuitas berarti menghapus rangkaian dan tatanan. Meniadakan lingkaran, segi empat dan sebagainya berarti akan melenyapkan tatanan geometri. Kita melihat lagi bukan hanya sebagai tugas yang tidak mudah, tetapi juga bagaimana diskontinuitas melepaskan garis pemisah antara jawaban yang timbul pada dasar kontinuitas dan bagaimana diskontinuitas menunjukkan pada kita suatu kebenaran dan kepalsuan menurut apa yang dipahami orang atas permasalahan. Tatanan seakan-akan muncul di tengah ambang batas, dari permasalahan yang sepenuhnya tidak ditentukan dan dipahami untuk mengganggu pemikiran tentang serombongan kutu di atas kepala kita. Diskontinuitas merupakan kemiripan dan perbedaan yang disusun dalam suatu tatanan.

Jika kita tidak mempermasalahkan tatanan yang merupakan kenangan masa lalu, setidaknya ia tetap menjadi ambang batas dan garis pemisah yang telah disusun oleh seseorang yang peduli pada pembagian fosil kehidupan. Percampuran yang tidak terhindarkan dari fosil antara binatang dan alam mineral, sintesa antara homo erectus dan homo cybernicus yang dibentuk bukan bagian dari representasi tiruan, melainkan percampuran yang murni. Meskipun belum jelas, pemikiran modern akan menyebutkan faktanya adalah bagian dari tanda yang tidak terlepas dalam pasang-surut dan lingkaran alam, yang ditandai dengan tatanan benda-benda dan kata-kata tersembunyi dalam diri mereka sendiri. Apa yang kita hadapi di sini bukanlah sejenis tanda yang menyertakan dua gagasan, antara ‘gagasan tentang benda-benda’ dan ‘gagasan tentang kata-kata yang lain’. Sejarah dan pemikiran tidak bisa menjamin tatanan benda-benda dan kata-kata menjadi kesatuan sistem tanda. Dalam ruang di bagian tengah dan di pinggiran bangunan pemikiran yang tidak lagi membutuhkan figur sebagai satu-satunya perantara untuk menghubungkan mereka berdasarkan satu ikatan yang telah terlepas dari gagasan tentang benda-benda dan gagasan tentang non benda. Kini, kita melihat tanda menyertakan lebih dari dua jejak dan tanda pada benda-benda dan kata-kata yang dibentuk menjadi sebuah tatanan. Yang satu tidak melepaskan pada yang lain, karena mereka dapat dibayangkan sebagai tanda yang jelas-jelas berhubungan melalui karakteristik; dari tatanan mesin dan tatanan manusia betul-betul dapat dibayangkan sebagai sesuatu yang mirip dan beracak-acak ke tanda yang menyediakan sistem tanda dalam dirinya antara gagasan tentang benda-benda dan gagasan tentang kata-kata. Mereka tidak menandai gagasan menjadi ganda bagi yang lainnya; mereka saling menghubungkan dan memisahkan kembali benda-benda dan kata-kata sebagai jejak dan tanda kemiripan. Tatanan menciptakan kemiripan, perbedaan dan ganda. Sistem tanda yang mengembalikan tatanan dengan mengambil jalan memutar dari belakang, satu tanda bagi seseorang yang memiliki gagasan tentang sistem kemiripan dengan yang lain. Di sini, ketika seseorang mengamati poros obyek tertentu, dimana ia dinyatakan pertama hingga terakhir menuju tanda tentang gagasan, yang memungkinkan untuk menghubungkan poros sesuai dengan pemikiran tentang benda-benda dan kata-kata. Ideogram (gambar tulisan) atau gambaran sebagai lukisan dan peta, dibandingkan pada obyek tertentu, poros dihubungkan tanda kemiripan ternyata tidak bergantung pada kondisi tertentu pula. Titik tolaknya berasal dari kemiripan atas kemiripan benda-benda, kata-kata atau obyek yang ditandai dalam tatanan yang diperbaharui.

Suatu kondisi yang dimaksud adalah tatanan yang dibentuk dari pola kemiripan representasi (gambaran, persepsi dan pikiran). Penciptaan kondisi dan peristiwa berulang-ulang dan berbeda tentang keindahan mirip kemunculan daging dan proses pembusukan daging. Bermula dari suatu titik kemunculan dan pembusukan daging yang tidak sesederhana kita bayangkan sebagai jalinan tanda atau sebuah jejak, bekas atau gambaran. Pembentukan daging bukanlah transubstansi atau kemiripan representasi dan metafora, tetapi merupakan retakan dan diskontinuitas dari kemiripan secara sembunyi-sembunyi yang digantikan oleh yang lain. Tatanan dengan kondisi tertentu yang pada akhirnya tidak dapat dibebaskan dari proses pembusukan daging tanpa ritual perayaan dan tanpa kepercayaan dan ilusi padanya.

Tatanan mesti dijejaki, ditandai dan diuji dengan seluruh kondisi apapun. Untuk hal itu, satu tatanan dijejaki dengan kebingungan yang jelas, ditandai dengan kemiripan dan perbedaan, diuji dengan kelahiran, kekacau-balauan dan kematian. Dalam keadaan yang ditimpanya tidak lebih genting sebagai persepsi, gambaran atau citra, yang ditandai dalam seluruh kondisi apapun yang terjadi. Tatanan dimana seluruh kondisi yang kita hadapi didalamnya bukanlah menandai benda-benda dan kata-kata bersama relasi dan ukuran yang dibentuk oleh pengetahuan, melainkan celah lain dari tatanan yang ditandai dalam tandanya sendiri. Atas nama kemiripan dan perbedaan, sisi kebenaran sekaligus sisi kepalsuan, sebuah tatanan menjadi tanda apabila tidak bergantung dan terpengaruh pada kondisi apapun yang terjadi di samping kiri, atas, kanan, depan, dan belakang sebagai jejak dan gambaran yang lain bagi pemikiran kita. Sebuah tatanan, dimana yang tampak dan menghilang dalam benda-benda dan kata-kata sebagai garis pemisah bagi yang lain.

Demi tanda yang menandai gagasan melalui penyediaan tiga rangkaian untuk diketahui apa-apa yang tidak diketahui, yaitu rangkaian tampak dan menghilang dalam benda-benda dan kata-kata sebagai tanda bagi tatanan; tampak dan menghilang dalam benda-benda dan kata-kata yang belum ditandai bagi tatanan; dan tampak dan menghilang dalam benda-benda dan kata-kata yang telah ditandai bagi tatanan. Ketiga peran dan fungsinya merupakan relasi bolak-balik dan kondisi yang tidak tetap atau berubah-ubah antara tanda kemiripan dan perbedaan, kekacau-balauan dan perubahan yang kompleks. Karena tidak terikat pada kondisi tertentu, sebuah tatanan tetap masih  dihubungkan dengan pernyataan yang tidak sedikitpun menandakan pada kita apakah suatu tanda  akan berakhir dengan sendirinya tanpa pembebanan tanda yang tampak dan menghilang dalam benda-benda dan kata-kata yang monoton. Tanda yang dipilih dan ditetapkan perjalanan panjang bagi tatanan, selayaknya sebuah pertimbangan menyeluruh tanpa permainan yang digiring dalam kemiripan dan ilusi. Di sini juga kita menghadapi keadaan yang terang-terangan pada tanda yang telah dibebaskan dari pemenjaraan kemiripan dan perbedaan dari periswa yang telah terjadi.

Pembentukan sistem tanda dimulai dari dirinya sendiri, yang digeluti dengan sebuah tatanan yang terbatas dan dapat tampil maju untuk menyertakan dirinya di hadapan seluruh kondisi. Titik temu kemiripan dan perbedaan yang tidak diperhatikan sebagai sebuah tatanan yang menumpang melalui pengalaman seseorang. Tetapi, sebuah tatanan adalah konsekuensi saling-silang antara gagasan tentang wujud tidak terbatas dan wujud terbatas tidak dapat dicangkokkan dalam tanda kemiripan dan perbedaan apalagi telah lama terbentuk. Hal ini bukanlah permasalahan mengenai persamaan atau kemiripan yang besar dan perbedaan yang kecil dari sebuah tatanan.

Rangkaian kondisi yang diharapkan dalam tatanan bukanlah fantasi atas daya tarik benda-benda yang membentangkan gambaran silih berganti gelak tawa dan jeritan, suara dan kata, datar dan kontinuitas menjadi kondisi yang berbeda. Diantara dua benda atau lebih, kita menemukan seperangkat tatanan yang didukung dengan kemiripan dan perbedaan kondisi; sejuta penampakan wujud dianggap tidak masuk akal untuk menghasilkan tempo kemiripan yang lebih besar. Selain kemiripan dan perbedaan yang jelas sekaligus kebingungan diantara keduanya, kitapun juga agak sulit untuk memilih salah satu atau seragaman kemiripan dan perbedaan. Apapun yang ingin kita ungkapkan suatu selubung yang menopengi benda-benda dan kata-kata. Bahwa semuanya adalah gagasan yang tidak masuk akal dan kata-kata yang terlontar melalui mulut hanyalah bualan, yang membuat tatanan tidak mampu menyalin dirinya karena kemiripan yang kosong dan ilusi tanpa tanda kebingungan yang dibentuk sebelumnya. Taruhlah misalnya, dalam rangkaian pertanyaan tentang diskursus ekonomi, medis dan psikiatris. Apa yang diketahui tentang diskursus ekonomi yang dihubungkan dengan indikator pendapatan per kapita atau paritas daya beli? Berapa banyak biaya dikeluarkan jika ada seseorang atau penduduk yang berpenyakit secara klinis dan mental sebagai diskursus medis dan psikiatris? Adakah tatanan diskursus dan bagaimana nilai ilmiah seperti termuat dalam indeks persepsi kemiskinan yang dihubungkan pada tanda-tanda kemiripan dan perbedaan antara penyakit medis dan penyakit jiwa? Adakah ataukah tidak ada kemiripan dan perbedaan yang mendasar antara persepsi, ukuran dan relasi yang dibentuk oleh pengetahuan dalam indeks biaya dan indeks kesehatan? Lalu, bentuk hubungannya dengan apa yang ditandai justeru menjadi bagian dari rangkaian persitiwa. Suatu kondisi tertentu yang saling memengaruhi bukanlah refleksi pada tanda-tanda yang menunjukkan kemiripan, melainkan tatanan yang akan ditandai dan diuji pada semua tanda zaman. Sehingga perbandingan yang diakibatkan oleh tanda zaman dan tatanan dunia dapat dihubungkan dengan wujud yang tampak dan menghilang dalam benda-benda dan kata-kata, yang mengajarkan pada kita tentang kekacau-balauan dan tidak luput dari ketidakteraturan turut mengisi kekosongan apa yang dipikirkan dan apa yang dikosakatakan. Perbedaan yang kita perhatikan mengenai kemungkinan penulisan sejarah, atau peristiwa tentang kesejahteraan dan kemiskinan, kebebasan dan perbudakan menurut analisis ilmiah dan filosofis. Tanda mengenai analisis kesejahteraan tidak bertentangan dengan diskursus kemiskinan sebagai bagian dari diskontinuitas yang menutupi celah atau kerawanan tatanan.

Selain kemiripan, representasi tiruan dan citra artifisial mendapat kritik dari Cartesian yang keluar dari lingkaran utama, dari sebuah tatanan geometris. Kita tidak memiliki masa lagi untuk menyisakan renungan tentang tiruan dan citra artifisial, kecuali kekuatan intelek manusia sebagai campuran kemiripan dan perbedaan yang membingungkan. Kita mencoba untuk mengeluarkan dari tatanan yang dibuat seakan-akan alami padahal palsu, inkonsisten dan ruang yang kosong.

Kita tidak terpaksa untuk serta-merta percaya pada benda-benda menyerupai apa-apa yang lebih dekat benda lainnya, bagaikan orang kembar yang memiliki perbedaan yang kecil. Mereka bukanlah permulaan dari urutan-urutan peristiwa yang menghimpun adegan yang berbeda dalam perbedaan, identitas dan tatanan. Setelah mengeluarkan tatanan yang tidak jelas, kemiripan dari analisis tentang pemikiran seseorang akan mengeluarkan bentuk yang teratur tanpa perbandingan suatu pemikiran rasional atau memberikan mereka keleluasaan untuk tidak membatasi dirinya.

Tatkala kita berusaha untuk membatasinya, kita tidak akan menemukan bahasa universal dan pemikiran yang berbeda tentang tatanan yang diharapkan dapat memberikan bentuk paling murni dan nyata. Sudah tentu, seseorang akan menemukan kemiripan dan perbedaan setelah berusaha untuk melakukan perbandingan dari rangkaian bentuk, gerakan, tingkatan, jenis, spesies, nama, benda-benda, dan kata-kata yang tetap memasukkan sebagai kata benda atau mirip benda. Kita tidak membandingkan sebuah perbandingan yang mirip tentang siapa, mengapa dan dimana ada Y menurut kedekatan pada X, Y tidak dekat dengan Z, dan X tanpa lebih dekat Z. Kemiripan ada akibat dari kehancuran bagi perbedaan dan akibat dari daya tarik khusus dan umum. Bahan atau saran perbandingan bukanlah konsekuensi terhadap apa yang dikatakan orang sebagai tarik ulur untuk memperoleh bukti-bukti, melainkan apa bukti yang dihubungkan dengan hasil investigasi bersama. Lantas, perbandingan sekedar acungan jempol bagi seseorang yang telah menemukan tatanan melalui jaringan definisi dan kondisi peristiwa tertentu, bukan analisis tentang pemikiran atau persepsi tentang wujud yang tampak di depan kita.

Berkat kemunculan diskontinuitas, setiap orang yang percaya pada tatanan tunggal menjadi tanda-tanda zaman melalui ketidakhadiran perbandingan yang jelas dan pasti. Tidak ada lagi dua atau lebih bahan perbandingan relasi dan ukuran. Seseorang tidak mampu lagi mengukur besaran benda-benda atau penampakan wujud lainnya hanya dengan bahan perbandingan, melainkan dari tanda diskontinuitas yang dimuati dan diriakkan oleh peristiwa demi peristiwa, yang menandai kita tetap menjadi bagian dari peran penting di atas bumi pemikiran.

Dalam tatanan, perbandingan ukuran yang tidak berkelanjutan menanggulangi ukuran yang teratur dan berkelanjutan. Namun demikian, dalam dua kasus atau lebih yang telah berakhir masa perbandingannya akan membebaskan ukuran tunggal menjadi ukuran dalam keserbaragaman dan pembagian melalui perbandingan dua ukuran atau lebih dua ukuran kemiripan dan perbedaan. Sisi keserbaragaman atau perbedaan tidak mensyaratkan bagi kemiripan agar satu ukuran antara satu dengan lainnya. Sejauh peristiwa atau tempo pemikiran yang dinamis dalam diskontinuitas, maka ukuran menurut perbandingan tertentu dapat direduksi sesuai tanda zaman yang dicurigai oleh secara fluktuatif merupakan bahaya kelupaan tersendiri. Jika demikian peristiwa mengalir, seseorang mungkin tidak sembrono menerapkan perbandingan ukuran dan relasi ketika dalam keadaan bahaya kelupaan, yang menjadikannya ia terus ngotot untuk mengukur satu kasus atau lebih melalui perbandingan tanpa mensyaratkan sebuah perbandingan lain yang lebih jelas, tetapi tidak terpikirkan atau tidak terduga antara kemiripan dan perbedaan benda-benda. Buat apa kita bertahan pada perbandingan ukuran lebih dari dua kasus, jika ternyata memang di kemudian hari menjadi momentum yang tepat untuk direduksi? Dalam rangkaian peristiwa tentang pemikiran atau rangkaian peristiwa diskontinuitas dan kontinuitas tentang benda-benda di sekitar kita, dunia makin jelas melalui geometri lingkaran dan kubus maupun tanda krisis. Kita tidak lagi terkesima pada penemuan relasi antara aritmetika kesamaan dan ketidaksamaan, karena semua ukuran yang digunakan dalam perbandingan dihapus dan diganti dengan sebagian kenampakan benda-benda.

Suatu ukuran hanya memungkinkan bagi kita melalui konsekuensi penampakan wujud tanpa bentuk identitas dan perbedaan mengelilingi dari dalam sebuah tatanan. Lingkaran dan krisis ada karena tatanan telah mensyaratkan rangkaian peristiwa yang menyediakan fungsi penampakan. Kita membangun rangkaian, dimana perbandingan diubah ketika tatanan begitu dekat dengan sisi penampakan wujud. Tatanan dan penampakan wujud dengan fungsinya tidak dapat dilintasi dari satu gagasan tentang benda-benda ke gagasan yang lain. Sebuah pergerakan dari tatanan dalam kekacau-balauan dunia atau malapetaka alam tidak dapat dihentikan dengan kontinuitas, kecuali melalui diskontinuitas pengulangan, ia yang mampu membayang-bayangi subyek pemikiran.

Dalam pemikiran modern yang tidak bergantung pada kekuatan alam, tetapi mengilhami diri individu dan sejumlah penampakan wujud lainnya terhadap pentingnya tatanan dibangun melalui diskontinuitas sebagai titik tolak kemiripan dan perbedaan. Maka, hal semacam itu bukanlah titik lemah bagi seseorang yang ingin melihat betapa ironisnya membangun tatanan melalui rangkaian bahasa aritmetika persamaan dan ketidaksamaan. Seseorang yang melintasi ambang batas krisis dan lingkaran yang dibangun melalui tatanan geometris, dia tidak menarik langkah-langkah yang mantap untuk mundur ke belakang akibat tertarik pada jejak-jejaknya yang lama. Sebaliknya, dia akan membangun relasi antara persamaan dan ketidaksamaan sebagai bagian penting dari tatanan yang terkesan diterlantarkan. Seseorang berada dalam bentuk paling sederhana, sekalipun bentuk merupakan jelmaan dari aritmetika persamaan dan ketidaksamaan yang memiliki andil mewarnai sebuah tatanan diharapkan oleh umat manusia, yang ditopang suatu pemikiran yang merangsang tentang ambang batas atau pengecualian seputar penerimaan atas perbedaan, termasuk perbedaan menurut tingkat kemungkinan yang paling kecil dan paling besar. Mungkin pula, seseorang akan tertarik pada kemungkinan terjadi krisis demi krisis dan lingkaran kelam ke lingkaran yang lain, yang tidak diketahui dimana ujung pangkalnya. Suatu tanda dalam tatanan menyertakan ukuran bukan di luar dirinya; sebuah pengukuran tanpa geometri dan aritmetika akan diukur dan dijajaki adanya kemungkinan berapa lama sebuah tatanan dapat eksis. Mungkinkan juga terdapat model pengukuran yang datang dari dunia non eksakta? Merujuk pada sebuah tatanan, diukur menurut pengukuran dari disiplin ilmu eksakta terletak dalam pengetahuan tentang tanda kemiripan dan perbedaan. Sedikit tatanan menunjukkan pada kita suatu penanaman kesenangan yang khas atas peristiwa kecil yang menghentakkan dan titik kesenyapan sebagai tanda bahaya yang menghibur, membawa kemungkinan bagi mode kehidupan, tanpa determinasi persamaan dan ketidaksamaan.

Bagaimana pun juga, kemiripan dan perbedaan memiliki ruang tersendiri bagi tatanan yang dibentuk demi perbandingan, diganti oleh fungsi penampakan wujud, yang dikarakterisasi dalam jaringan benda-benda sebagai cara dimana mereka disusun. Suatu campuran benda dapat menjadi wujud ganjil, dalam kemonotonan suatu penempatan benda-benda berbeda disusun dari tatanan yang sama dan dalam tanda kemiripan dinyatakan sebagai akhir dari jejak dan tanda yang tidak teratur. Dari campuran benda-benda yang dimaksudkan adalah campuran antara gambaran yang tidak terpikirkan dan jejak yang terbentuk secara otomatis.

Karena sekarang, fungsi penampakan wujud menerobos abad sembilan belas dan dua puluh, bahwa orang-orang membicarakan tentang tatanan yang diimpikan telah mati, bahkan lebih cepat dari perhitungan mereka yang bergelut sebagai ahli geometri dan astronomi. Bumi diitari dengan pergerakan “matahari terbit” atau “matahari tinggi persis di atas kepala”, tetapi kita belum dapat bergerak dari tempat semula untuk menyempurnakan tatanan. Persis bayangan individu di bawah pantulan cahaya matahari tinggi di atas kepala, manusia silau dengan bayangannya sendiri, yang secara alami mengalami kemajuan dan yang digapainya tetap masih sebuah bayangan. Suatu hal yang paling di sini, dimana wilayah penampakan wujud memasukkan kekuatannya melalui relasi alami dari keramahan, kekeluargaan dan kemiripan jauh sebelum jalin menjalin antara logika dan metafora, bahasa dan benda-benda. Hal yang paradoks dari tatanan, ketika relasi dan ikatan alami nampaknya telah beubah dari ikatan kekeluargaan bersifat alami hingga ikatan artifisial bersifat mekanis. Seluruh karakter yang telah kita akui melalui alam dan manusia dilanjutkan oleh bumi dan langit, yang bergerak dan saling terkoordinasi secara mekanis dengan spesies atau organisasi manusia di bagian utara dan selatan, di bagian Barat dan Timur, planet dan lapisan luar. Tempo bermain anak-anak bersama sanak keluarga mengalihkan perhatian mereka dari jenis permainan yang dapat merusak mimpi, imajinasi dan pikiran, yang masing-masing kemiripan partikulernya ditempatkan dalam ikatan yang menyeluruh melalui sebuah tatanan. Fenomena alam menempati ruang dan waktu menyamarkan keringat bercucuran dari orang-orang yang bekerja keras di suatu tempat dimana mereka menemukan kemiripan analogi: matahari dan bumi sebagai makrokosmik tidak lebih dari pergerakan kerja kerasnya melalui pabrik atau ruang bekerja lainnya, mimpi atau hasrat untuk mencari penghidupan sebagai mikrokosmik. Lebih dari kisah menarik, suatu jalinan kesalingterhubungan kemiripan kontur tanah dari alam dan lekuk badaniah dari seseorang hingga saat ini tetap tidak terbatas. Secara keseluruhan dari kemiripan partikuler, batasan-batasan telah muncul dan lenyap di tengah upaya penataan atas benda-benda dan kata-kata. Apa yang tertata? Apa itu lekuk? Dalam jumlah yang memadai menurut perbandingan; yang diukur kembali sesuai dengan seluruh rangkaian permasalahan yang jelas ditata dalam sebuah sistem kemiripan. Setiap penyebutan didalamnya mengarah pada yang lekuk secara internal merupakan unsur penting dari apa yang ditata secara eksternal dalam kemiripan. Suatu tanda kemiripan dan perbedaaan benda-benda nampak lebih memungkinkan tatanan dirinya untuk memiliki lekuk.

Dalam kemiripan yang besar dan perbedaan yang kecil hingga membentuk keseluruhan alam telah dipenuhi penyebutan benda-benda akan menjadi mungkin untuk ditemukan susunan sebuah tatanan yang mengalami krisis, siklus dan kemapanan global. Kita menemukan penataan susunan benda-benda menandakan tingkat kemungkinan yang baru, tetapi tidak pernah jelas dan pasti.

Ruang penyebutan benda-benda diambali-alih oleh tanda hasrat yang menandai pergerakan dirinya secara mekanis. Ada tingkat kemungkinan penampakan wujud yang jelas, masing-masing terdapat keterkaitan penting dengan pengetahuan tentang kemiripan dan perbedaan yang ditata. Sebagai penampakan wujud yang jelas tanpa keterlibatan metode penulisan tentang benda-benda dari seseorang, maka tanda kemiripan dan perbedaan benda-benda menjadi perbandingan ukuran kecil dan besar lebih memungkinkan untuk menyingkap selubung rahasia dirinya sendiri. Secara tidak langsung, konsekuensi lain dari tanda kemiripan dan perbedaan benda-benda yang tertata menurut pengetahuan tentang tatanan dalam kaitannya dengan kemajuan kebudayaan nampaknya belum dicapai oleh bangsa Asia di wilayah Timur Tengah dan wilayah Asia Tenggara. Termasuk sejarah pemikiran tentang asal-usul atau ide tentang pembentukan negara Indonesia setelah abad kesembilan belas, dibandingkan dengan rentang waktu yang relatif lama, dimana Eropa di abad ketujuh belas telah memanfaatkan rasionalisme Cartesian untuk menata kebudayaan. Semua akar pembacaan atas teks tertulis kembali menyatukan dirinya dalam jalinan relasi antara sejarah dan ilmu pengetahuan. Ketika semuanya memasukkan kita dalam satu nilai petunjuk mengenai jalan setapak demi setapak, buntu dan labil berubah menjadi sebuah jalan yang terbentang luas melalui aktivitas penataan kesadaran atas mesin tulisan atau penataan refleksi atas benda-benda. Tetapi, kita masih misterius, ditandai antara memilih atau menolak salah satu nilai petunjuk; sifat inilah yang tidak bisa dihindarkan dari segala kemungkinan yang terjadi dalam benda-benda yang jelas dan berbeda. Waktu yang singkat kembali ditemukan sebuah stempel yang dibubuhkan dan tanda tangan yang melayang di atas udara, selanjutnya didaratkan pada benda-benda sejak setiap masa untuk menghasilkan pemikiran. Tetapi, pemikiran yang tertuju pada mental telah menarik diri di tengah peristiwa tanda tangan, dipadatkan dengan tulisan terakhir dari pengarang atau memenuhi jalan baru menurut hukum sejarah dan hukum alam. Sebaliknya, pengukuran dan kata-kata yang tertulis terakhir di tengah-tengah wujud mereka sendiri dihancurkan melalui hentakan permulaan waktu yang menyertakan benda-benda. Bahasa dan tatanan geometri, akhirnya memenuhi suatu syarat penilaian, dimana tanda dan pengukuran yang dibuat untuk menandai semua kemungkinan yang terjadi secara dinamis bahkan secara statis (nama, jenis atau spesies tumbuh-tumbuhan dan binatang, bumi, lingkaran, dan susunan ruang persegi lainnya).

Satu kesempatan langkah ditunggu, ditandai berhentinya gangguan besar untuk menemukan realisme pasca-Cartesian sebagai kekuatan alam dan kehidupan, yang menerima untuk direduksi menjadi biologi molekuler secara kreatif. Adanya kemungkinan terputusnya mata rantai bentuk pengukuran berdasarkan kebenaran matematika masih tetap menandakan kemiripan benda-benda dalam tatanan dan perbedaan yang dirahinya. Permasalahan biologi molekuler berganti dari suatu permasalahan kehidupan ditempatkan sebagai kemungkinan terjadi pertukaran tanda yang tertata antara benda-benda dan mekanisme alam. Dunia Barat menemukan tanda dan jejak mekanisme yang bergantung pada pengetahuan tentang tatanan, yang memungkinkannya untuk mengalihkan analisis matematika menjadi sistem tanda. Sehingga pengetahuan yang mengarah pada kemiripan dan perbedaan benda-benda dalam tatanan memiliki permasalahan tanda-tanda dan pengulangan  yang tidak teranalisis. Suatu tatanan yang dipercaya bernilai universal dalam sejarah menempati wilayah yang dibuka oleh kekacau-balauan baru, maka mekanisme pengukuran perlu dibatalkan.

Untuk tidak menjadi kebingungan, kita dapat mengatakan bahwa sejarah dan secara umum diskursus pemikiran telah berhenti menjadi dasar rangkaian di balik urutan yang tampak; mereka sekarang mempraktikkan cara pengenalan pada diskontinuitas yang sistematis, berbeda dan lebih kompleks. Perubahan besar yang menjadi ciri mereka merupakan bagian akhir dari tanda zaman,  mereka bukanlah perluasan ranah dari mekanisme alam ke mekanisme ekonomi yang telah lama mereka kenal. Mereka bukan pula penyatuan yang tergesa-gesa antara fenomena ideologis dan bentuk pemikiran. Mereka telah dianalisis dalam abad sebelumnya (pra abad keduapuluh satu).

Untuk alasan yang lebih kuat, seluruh wujud dari tatanan lebih merupakan transformasi dan perubahan dari diskontinuitas: transisinya dari tanda-tanda kontinuitas ke rintangan yang lain. Boleh saja apa yang dilakukan untuk tatanan yang diinginkan pada internalisasi dalam diskursus  medis dan psikiatri, berarti ia tidak perlu lagi menjadi kematian ekonomi yang harus dikurangi. Tetapi, lebih tepatnya, sebuah konsep operasional untuk digunakan perbedaan; tanda kemiripan bukan lagi merupakan bacaan senyap ilmiah dari diskursus (pengulangan, kerawanan, rintangan, kegagalannya, batas-batas kekuatannya), tetapi elemen hingar-bingar yang menentukan objeknya dan memvalidasi apa yang mereka pikirkan, alami dan temukan. Begitulah, pergerakan imajinasi telah lama ditinggalkan tentang siapa yang harus siap untuk memahami kemiripan tiba-tiba lahir dan pengulangan kontinuitas alam, yang telah menjadi sejarah dalam bahan perbincangan yang usang, tanpa penggunaan diskontinuitas, dipaksakan bagi bentuk baru pengetahuan menempati wilayah melalui kontrol atas kekacau-balauan dalam kehidupan.

Di atas sebagian hal, bahwa kita harus memiripkan dan menandai wujud yang mati dianggap hidup dan wujud yang koma. Setiap kali penggunaan diskontinuitas menjadi terlalu kelihatan dalam analisis tentang benda-benda yang menguatkan mental (terutama jika berkaitan dengan pengetahuan. Diskursus dan analisis tentang tatanan terbunuh! Tetapi, jangan membuat kesalah-kaprahan di sini, bahwa apa yang dikenang begitu teliti tidak berarti penghapusan tanda-tanda zaman dan lenyapnya bentuk peristiwa secara diam-diam. Secara keseluruhan, ia dipindahkan ke Pythagorean yang dianggap orang dianggap berjasa melalui renungan pemikiran atas kehidupan yang teratur dan tertata, dari sekedar perbincangan akademik ke aktivitas berbekas yang tersebar luas. Seluruh kemiripan masa lalu telah disimpan dalam peti mati ide tersebut. Itu diyakini kuat, karena gagasan tentang tatanan diparodikan, bukan dipuja-puja. Disanalah sebuah peti mati dari pemikiran yang usang melengkapi keriuhan alasan para ahli politik atau ahli retorika, yang dalam dalil praktiknya, mereka saling bersaing antara satu dengan lainnya. Diskursus ilmiah dan bentuk peristiwa yang diimpikan sejak lama lenyap ke tempat lain. Ia tidak lagi dapat diandalkan untuk melindungi hak-hak istimewa atau untuk menegaskan kembali kemiripan dan perbedaan benda-benda di sekitar kita. Sekali lagi, tatanan kehidupan― betapapun perlunya dalam pemecahan atas berbagai permasalahan saat ini, bahwa umat manusia setidaknya hidup dan berkelanjutan.

Pemikiran modern dari dunia Barat, lebih-lebih lagi menunggu waktu yang cukup dari tidur terlelap dan bahkan mati suri Asiatik wilayah Timur Tengah di tengah masa kegetiran, krisis dan konflik terus-menerus hingga abad keduapuluh satu ini. Sampai kapan berakhir kekacau-balauan internalnya? Dari semua perbincangan, kita tidak perlu melihat perubahan dalam ketidaksesuaian biologis, relasi antara unsur-unsur eksternal dan kondisi-kondisi yang ada menyertainya, tetapi bentuk sintesis kemiripan yang besar dan perbedaan yang kecil sebelumnya, dimana peristiwa diskursus tentang persaudaraan esensial diharapkan agar disatukan. Hal yang terakhir ini, selama lebih dari seabad adalah yang paling ngotot dan paling diragukan; mereka menghidupkan tema-tema tentang akhir dari sejarah krisis dan konflik yang berkelanjutan yang secara praktik harus menghilang dalam kerangka konseptual tentang kehidupan yang berkelanjutan, membatasi ruang gerak masuknya kekacau-balauan, apapun alasannya sebagai bagian dari dinamika. Sejarah harus berkelanjutan agar kedaulatan subyek dilindungi. Tetapi, ia tidak berarti penanda diskontinuitas secara timbal balik dilenyapkan di muka bumi. Kehidupan, sejarah pemikiran dan aktivitas tubuh berjalan melalui alur, jalur dan celah melalui kesatuan dan keterpisahannya sendiri. Berikutnya, tantangan bagi diskontinuitas pengetahuan yang anonim adalah bagaimana kehidupan material dibebaskan dari budaya yang hampa dan dibuang ke tempat yang tidak terpikirkan.

Bagi orang-orang yang telah lama tinggal pada tempat yang sama. Apakah kita masih dapat mengatakan, bahwa kekacau-balauan, krisis antara diskursus dan tindakan, dan retakan apa yang diketahui dan apa yang tidak dialami bersumber dari diskontinuitas? Sejauh manakah peran yang dimainkan dalam transformasi teoritis tentang tatanan yang menciptakan sebuah bangunan masa depan yang telah hancur? Apakah harus mencabutnya dari akar-akar sejarah ide atau pandangan  hidup? Tidaklah benar, bahwa seluruh peristiwa yang melibatkan ide dan mimpi tentang masa depan melibatkan diskontinuitas, melainkan titik pembalikan besar, misalnya, dari pola ekonomi lahan tidur menuju ekonomi masyarakat industri di Singapura, atau transformasi dan perubahan yang ditandai dengan pertumbuhan di Eropa selama abad keenam belas, yang stabil dan menjadi regresif selama abad ketujuh belas― menandai yang lain tidak persis sama tahapan dan sezaman antara satu dengan lainnya. Di bidang lain juga demikian, seperti ilmu pengetahuan dan sastra.

Di luar peristiwa yang menciptakan patahan dan retakan, peristiwa muncul kemudian bukan sebagai pernyataan dari kontinuitas besar di bawah diskontinuitas yang jelas, tetapi sebagai suatu keunikan dari diskontinuitas berlimpahan wujud residualnya. Konsekuensi lainnya adalah bahwa seseorang melihat dengan cara lain untuk menemukan berbagai jenis rentang waktu dihidupkan, diulangi dan ditransformasikan kembali rangkaian patahan dan retakan melalui diskontinuitas. Taruhlah, misalnya tentang ‘harga pasar’. Secara teoritis, ada yang disebut siklus pendek, yaitu harga naik sedikit, selanjutnya, mencapai batas tertentu. Mereka memiliki kecenderungan harga naik terhadap ambang konsumsi dan pada saat itu mereka turun sedikit, lalu naik lagi. Ini adalah siklus singkat yang dapat diisolasi tanpa kesulitan. Di bawah rentang waktu singkat ini, rentang ambang batas ini, seakan-akan, seseorang memiliki siklus lebih penting yang berlangsung dalam jangka panjang, yaitu dua puluh lima hingga lima puluh tahun. Kemudian, lebih jauh ke bawah, ada apa yang disebut dalam terjemahan bahasa Inggris, “trend sirkular”, berarti meluasnya siklus atau resesi besar.Secara umum, di mana pun mereka telah diamati, mencakup periode dua puluh lima hingga siklus seratus dua puluh tahun.

Lebih lanjut, di bawah siklus, ada gagasan yang oleh ahli disebut “jurang teknologi”, yaitu, fenomena ekonomi skala besar yang beroperasi selama berada dalam zaman modern. Misalnya,  cara hidup petani di Asia yang sebagian besar tetap tidak berubah menjelang akhir abad kedua puluh. Di beberapa tempat, petani dan teknologi pertanian tradisonal berbeda yang di atasnya, jika ada seseorang memiliki siklus ekonomi besar. Dalam siklus besar, siklus kecil dan akhirnya kembali di bagian atas, fluktuasi harga dan harga pasar yang menurun dapat ditelesuri. Ia bukan karena perbedaan produksi akibat penggunaan teknologi, melainkan diskursus telah menyatakan adanya kemungkinan-kemungkinan seiring kata-kata tertulis dengan tindakan, tidak lagi menjadi milik kita untuk berbicara tentang benda-benda yang jelas.

Hal lainnya adalah ambang batas terjadi dalam diskontinuitas antara pemikiran dan sumber, penyimpanan dan reproduksi, persepsi dan imajinasi, keadilan dan kesejahteraan, dan seterusnya.

Apa yang kita pisahkan dari kata-kata dan tindakan memasuki kembali krisis dan rintangan yang tidak bisa lagi ditarik dalam diskontinuitas, karena apa yang di luar praktik diskursif hanya perkiraan kita. Ia bukan pula karena menarik diri dari kontinuitas-kontinuitas untuk memulihkan nama peristiwa yang telah kita alami atau perkiraan yang telah kita acuhkan. Ia bukan pergantian jaringan kerja dari masa lalu yang menghancurkan kemiripan yang kita alami sekarang. Merunut peristiwa-peristiwa yang terbentang luas di depan kita, tidak berarti kita dapat mengaca diri saat yang lain ingin mempertanyakan kontinuitas alam yang gambarannya diledakkan sebelumnya. Ia adalah diri kita dengan segala topeng yang berbeda-beda; atas segala perbedaaan diskursus yang dibersihkan dari segala tuduhan pada nalar sebagai penyebabnya. Kita ternyata menghubungkan pertanyaan yang tidak jelas tentang sejarah masa depan; betapa perbedaan waktu adalah hak dari Descartes, Spinoza, Adam Smith, Kant, Nietzsche, Heidegger hingga Foucault dan Deleuze. Dari masa yang akan kita alami, diskontinuitas tidak akan menghilang dalam kehidupan, ia bukanlah selipan melalui peristiwa yang tidak terpikirkan. Diskontinuitas adalah permasalahan bagaimana kita lebih kreatif memanfaatkan perbedaan waktu atau rangkaian perbedaan peristiwa yang akan tertuju pada benda-benda. Perbedaan bukan hanya menjadi jejak dan tanda kita, tetapi juga suatu alam yang kita lupakan karena kemiripan yang terjadi dalam peristiwa umat manusia menyentuh hal-hal yang tersembunyi dalam dirinya. Setelah diskontinuitas berlimpahan, akhirnya kita tidak lagi gegabah untuk menolak peristiwa sebagai transisi dari kualitas ke kuantitas, dari substansi ke perluasan, dari batiniah ke lahiriah atau dari imaterial ke material dalam peristiwa tertentu. Kita akan melihat seberapa lama kehidupan diwarnai dengan peristiwa demi peristiwa yang berbeda dan mengalami diskontinuitas. Secara terbuka, waktu akan berbicara pada kita. Peristiwa bukan berada pada rangkaian atau penggalan yang terputus-putus, teracak dan mendadak menurut suatu diskontinuitas. Setiap peristiwa yang akan terjadi pada jam dan menit kedepan merupakan bagian yang sulit dipikirkan, kecuali daftar perkiraan yang tidak ada sangkut pautnya dengan jejak kita.

Di balik itu semua, ia tetap menjadi rahasia yang tidak perlu lagi kita benturkan dengan satu rangkaian tanda yang tersembunyi dalam diskontinuitas. Kini, apa-apa yang terputus, teracak dan dadakan merupakan relasi-relasi yang ditimpakan diri mereka, bukan pada diskontinuitas. Paling penting bagaimana kita mengaitkan diskontinuitas dengan kondisi perubahan dan apa yang akan kita lakukan jika tidak ada jejak, tanda atau bekas selama peristiwa berlangsung. Tidak lebih dari perhatian kita pada titik terjauh sebuah jarum akan terjatuh dan terserap dalam gundukan pasir. Setiap titik benda tidak selalu muncul di tempat yang sama dalam pikiran dan ucapan kita.

 

 

Referensi:

 

  1. Descartes, Rene, Discourse on Method,   M. Dent and Sons, Ltd., London, 1960
  2. Deleuze, Gilles, Difference and Repetition,  Colombia University Press, New York, 1994
  3. ¾¾¾, Desert Islands and Other Texts 1953-1974, Semiotext(e), Los Angeles-New York, 2004
  4. Foucault, Michel, The Archaeology of Knowledge,  Pantheon Books, New York, 1972
  5. ¾¾¾ , The Order of Things,   Routledge, London and New York, 2002
  6. Heidegger, Martin, Being and Time,  Harper and Row, Publishers, Inc., New York, 1962
  7. Kant, Immanuel, Fundamental Principles of The Metaphysic of Ethics, Longmans, Green and Co., Ltd., London, 1959
  8. ¾¾¾ , Critique of Pure Reason,  Cambridge University Press, Cambridge, 2000
  9. Nietszche, Frederich, The Birth of Tragedy and Genealogy of Morals,  Doubleday and Company, Inc., New York, 1956
  10. Smith, Adam,  The Wealth of Nation,  Volume I,  A Mentor Book, Inc., New York, 1958
  11. ¾¾¾ ,    The Wealth of Nation,  Volume II, A Mentor Book, Inc., New York, 1958

 

KAMPUS MUHAMMADIYAH DI SULSEL

[metaslider id="39673"]

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *