Scroll untuk baca artikel
Example 325x300
Opini

Muhammadiyah Melangkah ke Depan

×

Muhammadiyah Melangkah ke Depan

Share this article

Oleh: Neneng Windi Astuti*

Masa depan sangat penting untuk dirancang dan diikhtiarikan. Allah mengaitkan orientasi masa depan dengan ketaqwaan (QS Al-Hasyr: 18). Masa depan terjauh dalam perspektif Al-Quran  sebagai tujuan utama hidup ialah al-akhirat, sedang masa depan “terdekat” yang harus dijalani ialah al-dunya atau kehidupan di dunia ini, keduanya bersambung untuk meraih kebaikan hidup yang sejati (QS Al-Baqarah: 201). Karenanya, rencana dan melangkah ke depan haruslah digariskan agar pejalanan terarah dan mencapai tujuan.

Muhammadiyah sebagai gerakan Islam menyadari bahwa perjuangan membawa misi dakwah dan tajdid tidak kenal kata berhenti dan harus terus berkesinambungan. Masa depan Muhammadiyah merupakan proses panjang dari kontinyuitas masa lalu dan kini dalam rentang perjalanan satu abad lebih. Dalam Pernyataan Pikiran Muhammadiyah Abad Kedua dinyatakan “Satu abad merupakan tonggak sejarah yang penting bagi Muhammadiyah dalam ikhtiar mengemban misi dakwah dan tajdid di tengah lintasan zaman yang penuh gelora. Dalam rentang seratus tahun Muhammadiyah telah berjuang mencerahkan kehidupan umat, bangsa, dan peradaban manusia semesta. Perjuangan Muhammadiyah akhirnya memperoleh pengakuan masyarakat luas sebagai gerakan Islam yang menorehkan tinta emas pembaruan di Indonesia. Keberhasilan perjuangan satu abad merupakan anugerah Allah SWT yang harus disyukuri berdasarkan firman Allah SWT Q.S. Ibrahim ayat 7 dan menjadi modal ruhaniah paling berharga untuk melangkah ke depan dengan optimis. Kesyukuran itu disertai kesadaran bermuhasabah diri atas kekurangan dan kelemahan yang harus diperbarui dengan seksama guna mengukir kisah sukses yang lebih utama di abad kedua.”

Kini Muhammadiyah memasuki abad kedua dan lima tahun ke depan sangat penting sebagai tonggak baru untuk mengawali perjalanan mengemban gerakan pencerahan. Para pimpinan Muhammadiyah  dari hari ke hari makin menghayati betul betapa berat tetapi mulia mengemban misi dakwah dan tajdid untuk mencerahkan umat manusia melalui Muhammadiyah yang selama ini digerakkan dengan ikhlas, mujahadah, dan secara berjamaah-berjamiyah.

Ada kenikmatam ruhaniah dalam bermuhammadiyah, meskipun boleh jadi melelahkan dan menggembirakan. Hal itu karena mereka yang berada di Muhammadiyah dan menggerakkan oranisasi Islam ini bukan sekadar berkiprah yang bersifat praktis-fisik, tetapi ruhaniah dan ada idealisme filosofis-ideologisnya. Dengan demikian dalam menjalankan misi gerakan ke depan sangatlah penting peta jalan sekaligus komitmen gerakan dari para penggerak persyarikatan.

Tantangan Masa Depan

Muhammadiyah ke depan harus semakin maju, menjadikan Muhammasiyah berkemajuan. Tantangan yang dihadapi gerakan Islam ini sangatlah berat. Di ranah global terjadi perkembangan dunia yang sangat dinamis, kompleks, dan sarat muatan kepentingan dari setiap bangsa dan negara dalam relasi globalisasi dan politik global yang sangat keras. Perkembangan politik, ekonomi, dan budaya yang semakin liberal dan menuju liberalisasi yang semakin masif sungguh akan memberi corak terhadap Indonesia ke depan.

Banyak masalah bermunculan akibat liberalisasi struktural dan kultural itu. Sementara korupsi, ajimumpung kekuasaan, dominasi partai dan elite politik yang prgamatis, otomomi daerah yang sangat terbuka, pengrusakkan dan eksploitasi sumberdaya alam yang besar-besaran, kesenjangan sosial ekonomi, kemiskinan dan marjinalisasi sosial, konflik sosial, krisis keluarga, kekerasan, peluruhan jiwa kenegarawanan, dan berbagai masalah ke depan akan semakin kompleks dan diperlukan. Rekonstruksi kehidupan kebangsaan ke depan sangatlah memerlukan basis idealisme yang kuat pada jiwa, pikiran, dan cita-cita kemerdekaan yang diletakkan para pendiri bangsa.

Umat Islam yang mayoritas di negeri ini masih lemah secara politik, ekonomi, dan budaya. Banyak problem laten dihadapi umat seperti kemiskinan, berfirqah-firqah dan konflik paham, tidak memiliki peta jalan kolektif yang strategis, dan berbagai masalah lainnya. Masalah bangsa identik dengan masalah umat Islam karena menjadi penduduk terbesar.

Terus terang umat Islam Indonesia atau umat Islam Nusantara itu masih “yad al-sufla” alias tangan di bawah dan belum menjadi “yad al-‘ala” atau tangan di atas, meskipun di antara elite dan organisasinya mungkin sering bicara yang besar-besa dan hebat-hebat seolah benar-benar umat Islam itu kuat. Apalagi kondisi umat di akar-rumput, masih berposisi sebagai “maf’ul bihi” yakni menjadi objek penderita. Kondisi ini tidak dapat dibiarkan dan dininabobokan oleh langkah-langkah kamuflase dan mercusuar, tetapi membutuhkan kerja-kerja sistematik, kongkret, dan strategis.

Agenda Ke Depan

Peran Muhammadiyah dalam perjuangan kebangsaan dan kemanusiaa  universal ke depan sangat penting dan strategis. Muhammadiyah harus menjadi kekuatan strategis dalam membawa Indonesia dan peradaban semesta yang berkemajuan sejalan dengan nilai-nilai Islam untuk rahmatan lil-‘alamin. Jika ingin berperan memajukan umat, bangsa, dan dunia kemanusiaan universal maka Muhammadiyah haruslah maju terlebih dulu. Jadilah Muhammadiyah berkemajuan yang kuat pendirian, mandiri, dan memiliki kekuatan inner-dynamic yang tinggi.

Muhammadiyah harus kuat dari rumah dan dapurnya sendiri sebelum memperkuat dunia luar, yang kokoh dalam berbagai aspek. Muhammadiyah harus luas prinsip-prinsip dan pemikiran gerakannya, sumberdaya manusianya, organisasi dan kepemimpinan, jaringan, serta amal usaha dan kekuatan ekonomnya. Mana mungkin banyak memberi dan berbuat ke luar sementara warga, umat, dan lingkungan internal sendiri masih belum kuat.

Dalam menjalankan langkah strategis ke depan yang berat dan penuh tantangan itu maka sangatlah penting tanggungjawab para pemimpin Muhammadiyah secara keseluruhan dari pusat hingga ranting, termasuk Ortom dan Amal Usaha. Muhammadiyah harus digerakkan bukan sekadar secara formal dan minimal, tetapi benar-benar menjadi kekuatan pergerakan yang maju dan unggul. Pergerakan Muhammadiyah harus jelas pijakannya, bingkainya, arahnya, dan tujuannya agar tidak asal bergerak.

Bergerak di atas landasan Islam dan ideologi berkemajuan yang menjadi fondasi gerakannya menuju terwujudnya masyarakat Islam yang sebenar-benarnya. Bukan bergerak serba pragmatis (menerabas) dan oportunistik (ikut arus) yang mengejar kehebatan semata tanpa fondasi nilai-nilai utama gerakan.

Dalam membawa dan menjadikan Muhammadiyah ke masa depan yang maju dan unggul dalam bingkai gerakannya, sungguh diperlukan fungsi kepemimpinan Muhammadiyah dari pusat hingga ranting yang bersifat profetik (kerisalahan) yang mentransformasikan misi keagamaan dan keduniaan secara terintegratif. Bukan kepemimpinan yang sekular dan serbabebas,  sebaliknya serba dogmatis dan normatif minus kerja-kerja pergerakan. Insya Allah dengan komitmen, pemikiran, dan pengkhidmatan seluruh anggota, kader, dan para pimpinan yang berjiwa profetik Muhammadiyah ke depan akan meraih kemajuan dan keunggulan menuju terwujudnya masyarakat Islam yang sebenar-benarnya dalam ridla dan karunia Allah Subhanahu wa ta’ala. Nashrun min Allah wa fathun qarib.

 

* Mahasiswa S1 Kebidanan Semester 3 Universitas Aisyiyah Yogyakarta

KAMPUS MUHAMMADIYAH DI SULSEL

Leave a Reply