Scroll untuk baca artikel
Example 325x300
AUM PendidikanBerita

FKIK Unismuh Makassar dan Pemkab Sinjai Kolaborasi Tangani Stunting

×

FKIK Unismuh Makassar dan Pemkab Sinjai Kolaborasi Tangani Stunting

Share this article
Wakil Bupati Andi Kartini Ottong dan Dekan FKIK Unismuh Makassar Prof Dr Suryani As’ad (Humas Unismuh)

KHITTAH.co, Makassar – Wakil Bupati Sinjai, Andi Kartini Ottong yang sekaligus Ketua Tim Percepatan Penurunan Stunting (TPPS) Kabupaten Sinjai mengajak Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan (FKIK) Universitas Muhammadiyah Makassar berkolaborasi menurunkan angka stunting di wilayahnya.

Hal itu disampaikan saat bersilaturahmi dengan Dekan FKIK Unismuh Prof Suryani As’ad. Wakil Bupati Sinjai diterima di Ruang Rapat FKIK Unismuh, Jl Sultan Alauddin, Selasa, 17 Mei 2022.

Dalam pengantarnya, Wakil Bupati Sinjai menguraikan angka prevalensi Stunting di Sinjai pada 2018 mencapai 42,2% (data Riskesdas), 2019 sebesar 34,28% (data SSGBI), dan 2021 menjadi 30,1% (data SSGI).

“Pada 2022 ini kami menargetkan prevalensi stunting turun menjadi 25,79%, 2023 sebesar 21,64%, dan pada 2024 menjadi 17,52%,” ungkap Andi Kartini.

Untuk mencapai target tersebut, pada 2022, Pemerintah Kabupaten Sinjai telah menetapkan 20 desa sebagai lokus. Lokus tersebut ditetapkan melalui SK Bupati Sinjai nomor 344 tahun 2021.

“Kami telah meluncurkan program MADECENG, singkatan dari Masyarakat Desa Cegah Stunting. Kami mendorong agar ada pemanfaatan dana desa untuk pemberian makanan tambahan bagi bayi penderita stunting dan pemberian makanan pokok bagi ibu hamil yang beresiko,” jelas Andi Kartini.

Namun, Wakil Bupati Sinjai ini mengakui bahwa kendala yang dihadapi adalah melakukan penyadaran ke masyarakat, serta keterbatasan SDM pemerintah. Oleh karena itu, ia mengajak FKIK Unismuh untuk turut terlibat dalam penanganan Stunting di Sinjai.

“Kami berharap, Fakultas Kedokteran Unismuh bisa terlibat berkolaborasi dalam membantu kami dalam menurunkan angka stunting di Sinjai,” ungkapnya.

Bentuk partisipasi FKIK Unismuh, katanya, bisa dalam bentuk penyuluhan untuk menyadarkan masyarakat mengonsumsi makanan bergizi, yang sebenarnya cukup melimpah di Sinjai.

Respons Dekan FKIK Unismuh

Dekan FKIK Unismuh Prof Suryani As’ad menyambut baik ajakan tersebut. Ia menekankan bahwa perguruan tinggi memang memiliki kewajiban menjalankan Tri Dharma Perguruan Tinggi, yakni pendidikan, penelitian, dan pengabdian masyarakat.

“FKIK memiliki 5 Prodi, yakni S1 Kedokteran, Pendidikan Profesi Dokter, S1 Farmasi, D3 Kebidanan, dan D3 Keperawatan. Tentu kelima prodi tersebut siap bekerjasama sesuai kebutuhan masyarakat,” ungkap Guru Besar Ilmu Gizi ini.

Kelima Prodi tersebut dianggap menjalankan Tri Dharma Perguruan Tinggi dengan sangat baik. Hal itu terbukti, misalnya, dengan raihan akreditasi A yang dicapai Prodi S1 Kedokteran, dan Program Profesi Dokter dari Lembaga Akreditasi Mandiri Pendidikan Tinggi Kesehatan (LAM-PTKes).

Berbekal potensi SDM yang dimilikinya, kata Prof Suryani, FKIK Unismuh siap melakukan sinkronisasi program, agar dapat disinergikan untuk penanggulangan Stunting.

“Kami juga telah memiliki Kerjasama dengan BKKBN Perwakilan Provinsi Sulsel, tentu saja termasuk dalam membantu Pemerintah mengatasi Stunting,” pungkas Prof Suryani.

Wakil Dekan I FKIK Unismuh dr Andi Weri Sompa yang turut hadir mendampingi dekan, mengungkapkan bahwa FKIK Unismuh juga terbuka bekerjasama untuk penguatan sektor kesehatan, selain persoalan Stunting.

Ia mengutip Visi FKIK Unismuh yakni menjadi Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan terkemuka pada tahun 2025 yang menghasilkan lulusan Islami, terpercaya, dan unggul dalam bidang kegawatdaruratan.

“Ada benang merah antara stunting dan kegawatdaruratan. Pada kasus dehidrasi dan anemia berat, sangat mudah terjadi kegawatdaruratan. Jadi selain sosialisasi Stunting, kami juga bisa menyosialisasikan soal kegawatdaruratan,” ungkap Weri Sompa.

Wakil Dekan I FKIK Unismuh ini menambahkan, pihaknya tidak ingin terlibat secara insidental. “Kami tidak ingin hanya turun penyuluhan, lalu setelah itu pulang. Semua bentuk intervensi yang kami lakukan harus terukur.

“Oleh karena itu, semua Langkah harus terpadu. Misalnya, kami juga akan melakukan penelitian, untuk mengenali akar masalahnya. Lalu bentuk intervensi yang tepat seperti apa. Jadi penelitian dan pengabdian masyarakat, yang melibatkan dosen dan mahasiswa harus dilakukan secara terintegrasi,” pungas dokter Weri Sompa.

Acara diakhiri dengan foto bersama, disertai komitmen untuk segera mengikat kerjasama melalui perjanjian nota kesepahaman (MoU) antara Pemerintah Kabupaten Sinjai dengan Unismuh Makassar.

(Rls/ Fikar)

KAMPUS MUHAMMADIYAH DI SULSEL

Leave a Reply