KHITTAH.CO, Solo – Lazismu Solo menggelar kegiatan Hari Ber-ZIS di Gedung Dakwah Balai Muhammadiyah Solo pada Sabtu (30/3/2024). Kegiatan ini diikuti 200 peserta dari unsur pimpinan dan anggota PDM, Majelis dan Lembaga, Ortom, AUM, PCM, PRM, PCA, dan ketua takmir masjid Muhammadiyah Solo.
Ketua Pimpinan Daerah Muhammadiyah (PDM) Solo, Drs. K.H. Anwar Sholeh, M.Hum., dalam sambutannya mengapresiasi kiprah Lazismu di Solo. “Semoga Lazismu bisa bermanfaat bukan hanya untuk warga Muhammadiyah Solo, melainkan masyarakat muslim secara umum,” jelasnya.
Ketua Badan Pengurus Lazismu Solo, Reynal Falah, S.Psi., menyampaikan tujuan diadakan kegiatan Hari Ber-ZIS untuk meningkatkan literasi zakat khususnya warga Muhammadiyah. Selain itu, kegiatan ini sebagai ikhtiar pengurus Lazismu Solo untuk menggerakkan potensi zakat yang ada di persyarikatan Muhammadiyah.
“Insyallah kegiatan Hari Ber-ZIS rutin digelar setiap tahun. Agar literasi zakat semakin meningkat, akan diadakan pengajian khusus membahas zakat setiap bulannya,” jelasnya.
Reynal Falah berharap literasi zakat warga Muhammadiyah Solo semakin meningkat. Warga persyarikatan Muhammadiyah Solo tidak lagi bingung membedakan mana zakat, infak, dan sedekah. “Semoga semua warga Muhammadiyah Solo tergerak untuk menyalurkan zakat, infak, dan sedekah melalui Lazismu Solo,” harapnya.
Materi Seputar Zakat dalam Pendekatan Kontemporer
Ustaz Lukmanul Hakim, Lc., M.H., menyampaikan materi seputar zakat dalam pendekatan kontemporer. Ia menjelaskan kilas balik sejarah zakat dan menegaskan bahwa zakat merupakan kewajiban bagi semua umat Islam.
“Redaksi zakat bersama dengan salat ada di 27 tempat di ayat Al Quran. Hal itu menjelaskan kewajiban zakat selevel dengan salat. Kewajiban zakat tidak bisa dipisah dengan sholat,” jelasnya.
Ustaz Lukmanul Hakim menjelaskan tujuan zakat adalah mengentaskan kemiskinan. Ia memaparkan bahwa fikih merespon muamalah manusia yang bersifat dinamis dan terdapat ijtihad dalam ranah zakat.
Peran Pemecah Masalah dalam Pelaksanaan Zakat
Manajer area Lazismu Wilayah Jawa Tengah, Ikhwanushoffa, mengajak peserta Hari Ber-Zis untuk berperan menjadi pemecah masalah dalam pelaksanaan zakat.
“Terdapat dua problem dalam zakat di Indonesia yaitu problem eksternal dan internal. Problem eksternal umat Islam Indonesia dalam menunaikan ibadah dalam rukun Islam belum urut apalagi dalam menunaikan zakat. Problem internal persyarikatan, surat yang disampaikan K. H. Ahmad Dahlan, surat Al Maun main lama kurang menemukan bentuknya,” jelasnya.
Ikhwanushoffa menambahkan bahwa setelah dicanangkan trisula Muhammadiyah yaitu Lazismu, MPM, dan MDMC format penerapan surat Al Maun menjadi lebih terstruktur di persyarikatan.
“Pesan-pesan gerakan Al Maun, filantropis, ber-ZIS Lazismu pasti tidak bisa sendiri. Gerakan ini perlu sokongan pimpinan, segenap Majelis, Lembaga, Ortom, AUM, dan seluruh warga persyarikatan Muhammadiyah,” jelasnya.
Ikhwanushoffa mengajak kepada semua warga persyarikatan Muhammadiyah untuk menunaikan zakat, infak, dan sedekah melalui Lazismu di daerah masing-masing.