KHITTAH.CO, Palopo– Apakah amal usaha tertua di Muhammadiyah? jawabannya adalah pengajian. Apakah ruh dari pergerakan Muhammadiyah? jawabannya adalah pengajian. Tanpa pengajian maka Muhammadiyah ruhnya mati dan semakin tidak ada wujudnya, tak ubahnya seperti mobil tua yang berjalan tak memiliki tujuan.
Padahal misi mulia Muhammadiyah adalah mengawal terbentuknya masyarakat Islam yang sebenar-benarnya, sehingga dapat mengantarkan seluruh anggotanya ke depan pintu gerbang surga kelak. Ini jelas tertera dalam Anggaran Rumah Tangga Muhammadiyah pasal 5 yang menyebutkan syarat pendirian ranting sekurang-kurangnya mempunyai Pengajian/kursus anggota berkala, sekurang-kurangnya sekali dalam sebulan, Pengajian/kursus umum berkala, sekurang-kurangnya sekali dalam sebulan, Mushalla/surau/ langgar sebagai pusat kegiatan, dan Jama`ah. Bahkan tradisi pengajian menjadi pilar dasar Kyai Dahlan mendirikan Muhammadiyah.
Menyadari hal itu, Pimpinan Daerah Muhammadiyah kota Palopo sejak tahun 2010 membangkitkan ghirah bermuhammadiyah pada seluruh jajaran pimpinannya dengan menghidupkan kembali kajian rutin yang selama ini mulai lesu melalui pengajian rutin bulanan, serta pengajian rutin Sabtu Subuh yang sudah berjalan jelang 10 tahun.
Menurut Kyai Bashori Kastam, kordinator Majelis Tarjih dan tabligh, kegiatan kajian rutin Sabtu Subuh pada awalnya dilakukan oleh Angkatan Muda Muhammadiyah di masjid as-Salam dan terkadang di kediaman ketua Pimpinan Daerah Muhammadiyah Kota Palopo kala itu.
Kemudian diformalkan menjadi pengajian rutin yang awalnya dilakukan pada 4 masjid yakni masjid as-Salam, masjid al-Qalam Muhammadiyah, masjid al-Awwabin Muhammadiyah, dan masjid Nurul Ilmi kampus Muhammadiyah.
Saat ini, sudah banyak masjid yang dikelola oleh masyarakat meminta untuk ditempati pengajian. Bahkan beberapa kali, aparat pemerintah dan anggota kepolisian ikut dalam kegiatan tersebut. Tema yang dibahas beragam, mulai dari aqidah, ibadah, dan muamalah, disesuaikan dengan kondisi dan permintaan jama’ah.
Jika di masjid Muhammadiyah tema kajiannya diutamakan materi-materi Ke-tarjihan, sedangkan di masjid umum kami membawakan tema-tema umum dengan bil-hikmah agar tidak terjebak pada persoalan khilafiah, namun tetap pada semangat pembaruan Muhammadiyah.
“Pada prinsipnya, kami membawa misi Islam moderat di masyarakat dan menyerukan persatuan dan pentingnya waktu Subuh,” jelas Bashori.
“Masyarakat juga semakin memahami bahwa paham agama di Muhammadiyah dikembangkan berdasarkan Al-Qur’an dan Sunnah Maqbulah dan tidak membawa ajaran baru, tetapi meneruskan risalah Nabi Muhammad saw,” tambahnya.
Lebih jauh Gerakan kajian rutin Sabtu Subuh ini dilakukan, karena banyak umat Islam saat ini yang melalaikan waktu Subuh. Salat Subuh memiliki manfaat dan keutamaan yang luar biasa bagi siapa saja yang melaksanakannya secara rutin setiap hari.
“Meskipun hanya dua rakaat, Salat Subuh menyimpan banyak rahasia-rahasia yang dahsyat, baik dari segi rohani, kesehatan, dan kesuksesan hidup. Dalam Hadist Riwayat Muslim, Nabi Muhammad saw bersabda “Dua rakaat sebelum Salat Subuh lebih baik dari pada dunia dan seisinya”. Dengan kesadaran inilah, umat Islam harus memulai revolusi diri, spiritual, sosial, bahkan ekonomi dari semangat Salat Subuh,” tutup Bashori. (*)