Scroll untuk baca artikel
Example 325x300
KonsultasiTarjih

Baca Zikir di Sela-sela Takbir? Ini Tuntunan Sahih Salat Id yang telah Ditarjihkan Muhammadiyah

54
×

Baca Zikir di Sela-sela Takbir? Ini Tuntunan Sahih Salat Id yang telah Ditarjihkan Muhammadiyah

Share this article
Baca Zikir di Sela-sela Takbir? Ini Tuntunan Sahih Salat Id yang telah Ditarjihkan Muhammadiyah
Example 468x60
Sekretaris Majelis Tarjih dan Tajdid PW Muhamadiyah Sulsel, Dr. Abbas Baco Miro (Sumber: harian Amanah.co)

KHITTAH.co, Sesaat lagi kita akan merayakan Idulfitri. Ada sejumlah hal yang penting untuk kita perhatikan terkait amalan-amalan, terlebih soal pelaksanaan Salat Idulfitri.

Hal ini karena terdapat sejumlah praktik amalan yang kita biasanya lakukan tetapi ternyata tidak ditemukan tuntunannya dari sunah Rasulullah.

Example 300x600

Untuk meluruskan sejumlah hal terkait itu, Sekretaris Majelis Tarjih PW Muhammadiyah Sulsel, Dr. K.H. Abbas Baco Miro telah membuat ulasan perihal tuntunan Salat Id berikut ini.

Hari raya Islam setiap 1 Syawal disebut “Id”. Hal ini karena pada hari tersebut Allah mempunyai kebaikan dan kemurahan yang kembali berulang-ulang dianugerahkan kepada makhluknya.

Kebaikan dan kemurahan tersebut tentu membawa kegembiran dan kepuasan. Karena itu patutlah kita bersuka cita pada hari tersebut.

Sementara itu, hari raya ini dinamakan Idulfitri karena pada hari itu orang-orang Islam yang menjalankan puasa Ramadan tidak lagi berpuasa.

Kita disunahkan untuk melakukan sejumlah amalan untuk hari raya Idulfitri, yaitu:

  1. Memperbanyak takbir.
  2. Berhias dengan memakai pakaian bagus dan wangi-wanigan
  3. Makan sebelum berangkat Salat Idulfitri
  4. Dianjurkan berangkat dengan berjalan kaki dan pulang melalui jalan lain
  5. Pelaksanaan Salat Idulfitri dihadiri oleh semua umat Islam

Hari Idulfitri dirayakan dengan melakukan salat Id secara berjemaah. Ibadah ini disyariatkan pada tahun pertama Nabi Saw sampai hijrah di Madinah.

Baik pada hari Idulfitri, maupun Iduladha, umat Islam disunahkan untuk melakukan salat hari raya. Ini berdasarkan pada hadis berikut.

pعن ابن عمر قال : كان رسول الله صلى الله عليه وسلم وأبو بكر وعمر رضي الله عنهما يصلون العيدين قبل الخطبة

Dari Ibnu Umar, ia berkata: “Rasulullah saw., Abu Bakar, Umar melakukan shalat dua hari raya sebelum khutbah dilaksanakan.” (HR. Al-Bukhari dan Muslim).

Adapun tata cara pelaksanaan Salat Idulfitri ini menurut Majelis Tarjih dan Tajdid adalah sebagai berikut ini.

Waktu Salat Id dimulai dari matahari setinggi tombak sampai waktu zawal (matahari bergeser ke barat)

عَنْ جُنْدُبٍ قَالَ كَانَ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يُصَلِّي بِنَا اْلفِطْرَ وَالشَّمْسُ عَلَى قيدِ رَمْحَيْنِ أَوِ اْلأَضْحَى عَلَى قِيْدِ رَمْحٍ. [أخرجه أحمد

Artinya: Diriwayatkan dari Jundub (dilaporkan bahwa) ia berkata: Adalah Nabi Saw melakukan Salat Idulfitri bersama kami ketika matahari setinggi dua penggalah dan Idul Adlha ketika matahari setinggi satu penggalah. [HR. Ahmad].

Tempat pelaksanaan Salat Id lebih utama dilakukan di tanah lapang, kecuali ada udzur seperti hujan.  Hal ini berdasarkan hadis berikut:

pعَنْ أَبِي سَعِيدٍ الْخُدْرِيِّ قَالَ كَانَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَخْرُجُ يَوْمَ الْفِطْرِ وَاْلأَضْحَى إِلَى الْمُصَلَّى فَأَوَّلُ شَيْءٍ يَبْدَأُ بِهِ الصَّلاَةُ … [رواه البخاري

Artinya: Diriwayatkan dari Abu Sa‘id al-Khudri bahwa ia berkata: Nabi Muhammad Saw selalu keluar pada hari Idulfitri dan hari Iduladha menuju lapangan, lalu hal pertama yang ia lakukan adalah shalat … [HR. al-Bukhari].

عَنِ ابْنِ عُمَرَ أَنَّ رَسُولَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ إِذَا خَرَجَ يَوْمَ الْعِيدِ أَمَرَ  بِالْحَرْبَةِ فَتُوضَعُ بَيْنَ يَدَيْهِ فَيُصَلِّي إِلَيْهَا وَالنَّاسُ وَرَاءَهُ … [متفق عليه

Artinya: Diriwayatkan dari Ibnu Umar bahwa Rasulullah saw apabila keluar untuk shalat Id memerintahkan agar menancapkan tombak di depannya. Kemudian ia shalat menghadap kepadanya sementara jamaah berada di belakangnya [HR. Muttafaq ‘alaih].

Ketika ditanyai oleh Khittah terkait apakah boleh menggunakan Sejadah sebagai sutrah Ketika salat dilaksanakan di lapangan, menurut Ustaz Abbas, hal ini dibolehkan.

Dalam pelaksanaan Salat Id, hal-hal yang perlu diperhatikan adalah:

1. Dilaksanakan dua rakaat. Perlu ditegaskan bahwa tidak ada salat sunah qabliyah’id dan ba’diyah ‘id (sebelum atau sesudah Salat Id)

عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ أَنَّ رَسُولَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ خَرَجَ يَوْمَ أَضْحَى أَوْ فِطْرٍ فَصَلَّى رَكْعَتَيْنِ لَمْ يُصَلِّ قَبْلَهَا وَلاَ بَعْدَهَا … [أخرجه السبعة واللفظ للبخاري].

Artinya: Diriwayatkan dari Ibnu Abbas bahwasanya Rasulullah saw pada hari Idul Adlha atau Idul Fitri keluar, lalu shalat dua rakaat, dan tidak mengerjakan shalat apapun sebelum maupun sesudahnya. [HR. tujuh ahli hadis, dan lafal ini adalah lafal al-Bukhari].

2. Tanpa adzan iqamah dan tanpa ucapan “as-Shalatu jamiah

pعَنْ جَابِرٍ قَالَ شَهِدْتُ الصَّلاَةَ مَعَ رَسُولِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِي يَوْمِ عِيدٍ فَبَدَأَ بِالصَّلاَةِ قَبْلَ الْخُطْبَةِ بِغَيْرِ أَذَانٍ وَلاَ إِقَامَةٍ … [رواه النسائي].

Artinya: Diriwayatkan dari Jabir ia berkata: Aku menyaksikan shalat bersama rasulullah saw pada suatu hari raya, beliau mulai dengan shalat sebelum khutbah tanpa azan dan qamat. [HR. an-Nasa’i].

Sementara itu, pelaksanaan Salat Id dirincikan sebagai berikut ini:

1. Niat dalam hati

2. Rakaat pertama terdiri atas

– Membaca takbiratul ihram (Allahu Akbar) sambil mengangkat kedua tangan

– Membaca iftitah dengan suara sir (lirih)

– Bertakbir (takbir al-zawaid/takbir tambahan) sebanyak tujuh kali takbir (selain takbiratul ihram) sambil mengangkat kedua tangan

– Di antara takbir-takbir (takbir zawaid) tidak ada bacaan dzikir tertentu   (Menurut Tarjih, kita tidak membaca dzikir yang biasanya dianjurkan “subhanallah walhamdulillaah walaa ilaaha ilallaah wallaahu akbar”).

  – Membaca Al-Fatihah, surah pendek, ruku’, sujud, duduk di antara dua sujud,   sujud, lalu Kembali berdiri.

3. Rakaat kedua terdiri atas

– Membaca Takbir pada rakaat kedua sebanyak lima kali (selain takbir ketika berdiri dari sujud)  sambil mengangkat kedua tangan.

– Membaca Al-Fatihah, surah pendek, ruku’, sujud, duduk di antara dua sujud, sujud, tahiyat akhir dan salam.

Setelah melaksanakan Salat Id, imam berdiri untuk melaksanakan khutbah ‘Id dengan sekali khutbah (karena khutbah ‘Id hanya satu khutbah, maka tidak ada duduk di antara dua khutbah).

Perlu ditegaskan bahwa khutbah ‘Id satu rangkaian dengan Salat ‘Id. Karena itu, Jemaah Id harus tiggal sampai khutbah Id selesai.

Khutbah Idulfitri

Khutbah dimulai dengan tahmid (membaca alhamdulillah), bukan dengan takbir.  Hal ini karena tidak ada riwayat yang sahih menerangkan bahwa Rasulullah Saw memulai khutbah ‘Id dengan takbir.

Hanya saja, dalam khutbah ‘Id memang diperbanyak menyelingi takbir, akan tetapi perlu ditegaskan sekali lagi bahwa khutbah tidak dimulai dengan takbir.

Dasarnya adalah:

عَنْ جَابِرٍ قَالَ شَهِدْتُ الصَّلاَةَ مَعَ رَسُولِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِي يَوْمِ عِيدٍ فَبَدَأَ بِالصَّلاَةِ قَبْلَ الْخُطْبَةِ بِغَيْرِ أَذَانٍ وَلاَ إِقَامَةٍ فَلَمَّا قَضَى الصَّلاَةَ قَامَ مُتَوَكِّئًا عَلَى  بِلاَلٍ فَحَمِدَ اللهَ وَأَثْنَى عَلَيْهِ وَوَعَظَ النَّاسَ وَذَكَّرَهُمْ وَحَثَّهُمْ عَلَى طَاعَتِهِ … … … [رواه النسائي].

Artinya: Diriwayatkan dari Jabir bahwa ia berkata: Saya menghadiri shalat pada suatu hari raya bersama Rasulullah saw: sebelum khutbah beliau memulai dengan shalat tanpa azan dan tanpa qamat. Lalu manakala selesai shalat beliau berdiri dengan bersandar kepada Bilal. Lalu ia bertahmid dan memuji Allah, menyampaikan nasehat dan peringatan untuk jamaah, serta mendorong mereka supaya patuh kepada-Nya … [HR. an-Nasa’i].

عَنْ سَعْدٍ الْمُؤَذِّنِ قَالَ كَانَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يُكَبِّرُ بَيْنَ أَضْعَافِ الْخُطْبَةِ يُكْثِرُ التَّكْبِيرَ فِي خُطْبَةِ الْعِيدَيْنِ. [رواه ابن ماجه].

Artinya: Diriwayatkan dari Sa‘ad al-Mu’adzdzin bahwa ia berkata: Nabi saw bertakbir di sela-sela khutbah, beliau memperbanyak takbir di dalam khutbah dua hari raya. [HR. Ibnu Majah].

Kemudian diakhiri dengan doa, dengan mengangkat tangan jari syahadat (telunjuk) tangan kanan, sebagaimana pada khutbah Jumuah, sesuai penjelasan dalam hadis berikut:

عَنْ حُصَيْنٍ أَنَّ بَِْرِ بْنِ مَرْوَانَ رَفَعَ يَدَيْهِ يَوْمَ اْلجُمْعَةِ عَلَى اْلمِنْبَرِفَسَبَّهُ عَمَّارَةُ رُوَيْبَةَ الثَّقَفِى وَقَالَ مَا زَادَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَلَى هَذَا وَأَشَارَ بِإِصْبِعِهِ االسَّبَابَةَ. [رواه ابن النسائى

Artinya: Diriwayatkan dari Hushain, bahwa Basyir bin Marwan mengangkat kedua tangannya pada khutbah Jumuah di atas mimbar, kemudian dimarahi oleh Amarah Ruwaibah ats-Tsaqafi dan berkata: Rasulullah saw tidak menambah ini, dengan mengisyaratkan jari telunjuknya. [HR. an-Nasa’i].

Demikianlah tuntunan amalan dan pelaksanaan Salat Idulfitri ini. Semoga kita bisa mengamalkannya sehingga kita dapat istikamah ber-ittiba’ dan semakin dekat amalan ibadah kita dengan tuntunan Rasulullah Saw.

Wallahu a’lam Bishshawwab

KAMPUS MUHAMMADIYAH DI SULSEL

[metaslider id="39673"]

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *